WASPADAI ISSUE BLACK DATING, SMP BM 400 ADAKAN PARENTING

Lima saran dalam membimbing perkembangan psikoseksual remaja. Pertama, tunjukkan penerimaan dan kasih sayang kepada anak. Kedua, berikan model afeksi yang tepat. Ketiga, berikan informasi tentang pendidikan seksualitas. Keempat, beri akses ke professional untuk remaja. Kelima, latih anak membuat keputusan seksual yang sehat.

SMP Bakti Mulya (BM) 400 mengadakan parenting dengan tema Perkembangan Psikoseksual pada Remaja: Mewaspadai Issue Black Dating pada Sabtu, 10/12/2022. Kegiatan ini merupakan program dari Pengurus Forum Komunikasi Orang Tua Murid (FKOM ) SMP Bakti Mulya 400 tahun 2022. Acara berlangsung di Auditorium Ki Hajar Dewantara Bakti Mulya 400. Hadir sebagai peserta adalah seluruh orang tua siswa kelas VII sampai dengan kelas IX dan guru SMP BM 400.

Selain parenting, acara tersebut juga dimeriahkan dengan stand bazaar. Ada 20 stand ikut memeriahkan acara yang menyediakan makanan, minuman, assesoris, fashion dan test drive kendaraan.

Menurut Ketua FKOM SMP BM 400, Irin Agustriani, acara ini digagas agar menjadi forum “meet and greet” untuk menjalin kerjasama antar orang tua dan sekolah.

Sedangkan menurut Kepala SMP BM 400, Rike Anwari, acara ini bernilai strategis untuk memberi pembekalan kepada orang tua dan guru. Menurut Rike Anwari, siswa SMP berada pada tahap remaja awal, karenanya orang tua dan guru perlu menerapkan pendekatan psikologi sesuai tahap perkembangannya dengan benar.

“Dengan pemahaman yang tepat tentang edukasi psikoseksual, siswa akan tumbuh melalui fase perkembangan mereka dengan baik sehingga memiliki kepribadian  yang sehat”, harap Rike Anwari.

Selanjutnya dalam sesi parenting, tampil sebagai narasumber adalah Rosalina Verauli, M.Psi, Psi., pakar psikolog klinis anak, remaja, dan keluarga.

Rosalina mengawali paparannya dengan mengingatkan kepada orang tua bahwa perubahan pesat pada struktur otak yang terlibat dalam emosi, penilaian, kontrol atas perilaku terjadi dalam periode pubertas hingga dewasa muda.

“Ketidakmatangan otak remaja meninggalkan tanda tanya besar, tentang seberapa besar remaja mampu bertanggung jawab atas aksi-aksinya, terutama secara hukum”, ungkap Rosalina.

Baca juga : WUJUDKAN EMPATI, BAKTI MULYA 400 SALURKAN DONASI

Secara lebih detail Rosalina meminta para pendidik untuk mewaspadai adanya black dating atau black rape. Peristiwa ini terjadi ketika remaja tidak menginginkan aktivitas seksual sementara pacarnya memaksa. Hal tersebut bisa masuk ranah hukum bila ada bukti.

Dalam pendidikan psikoseksual pada anak remaja, Rosalina memberikan saran agar orang tua dan guru menerapkan lima tips berikut. Pertama, tunjukkan penerimaan dan kasih sayang kepada anak. Kedua, berikan model afeksi yang tepat. Ketiga, berikan informasi tentang pendidikan seksualitas. Keempat, beri akses ke professional untuk remaja. Kelima, latih anak membuat keputusan seksual yang sehat.

Rangkaian acara parenting bertambah semarak dengan adanya doorprize. Untuk mengeksplorasi pemahaman, berlangsung pula tanya jawab interaktif narasumber dan peserta (Kontributor: Oktavia Malasari & Susan Devi Aryanti)