“Sutrisno Muslimin adalah tokoh guru muda, guru merdeka membangun bangsa”, demikian kesimpulan Prof. dr. Fasli Jalal, S.Pgk., Ph.D. Rektor Universitas Yarsi Jakarta mengulas buku Sutrisno Muslimin Sang Inovator: Pendidikan, Dakwah dan Politik.
Buku biografi yang memuat perjalanan 54 tahun Sutrisno Muslimin tersebut dibedah dan diluncurkandi auditorium Ki Hajar Dewantara SMP BM 400 pada Senin (10/4/23). Acara yang dihadiri sekitar 300 undangan tersebut berlangsung meriah.
Hadir pada kesempatan tersebut Ketua Pengurus, Ir. Anna Rosita Subagdja beserta jajaran Dewan Pengurus Yayasan Bakti Mulya 400, pimpinan sekolah, tokoh-tokoh pendidikan serta guru dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Dalam konteks pendidikan, lanjut Fasli Jalal, yang pernah menjadi Wakil Menteri Pendidikan Nasional Indonesia (2010-2011), Sutrisno Muslimin sukses memberi teladan dalam mengkombinasikan passion dan perseverance.
“Passion dalam hal mencintai pekerjaan sebagai pendidik sekaligus perseverance yaitu jiwa pantang menyerah, kokoh, mau berkeringat, berdarah-darah dan selalu bangun saat jatuh,” tandas Fasli Jalal.
Sejalan dengan hal tersebut Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA, dosen dan guru besar UIN Syarif Hidayatullah menyampaikan ulasan bahwa Sutrisno Muslimin telah membuktikan diri sebagai motivator andalan.
“Kalau motivator lain pandai memberikan motivasi melalui perkataan, kalau Sutrisno Muslimin memberikan motivasi sekaligus pembuktian,” ungkap Rusmin Tumanggor.
Sementara itu dalam sesi sambutan Yayasan Bakti Mulya 400 diwakili oleh Baskara Sukarya, Wakil Ketua Dewan Pengurus, menyampaikan bahwa Sekolah Bakti Mulya 400 mengalami kemajuan pada saat dipimpin oleh Sutrisno Muslimin.
Baskara Sukarya memerinci bahwa kemajuan tersebut bukan hanya pada aspek pembangunan sarana prasarana namun juga program akademik dan penerapan nilai relegius nasionalis.
Dr. Sutrisno Muslimin, M.Si, yang merupakan Ketua Pelaksana Harian Yayasan Bakti Mulya 400 pada kesempatan menyampaikan sambutan memberikan ulasan atas pengalaman hidupnya.
Pertama, lembaga pendidikan merpakan tempat berkhidmat untuk kemajuan bangsa. Hal ini telah dibuktikannya dengan menjadi guru sejak usia 14 tahun dan menjadi pimpinan lembaga pendidikan berbagai level dan tempat yang berbeda-beda.
Baca juga : Prof. Didin Hafidhuddin Berikan Tausiah Tarhib Ramadhan di Sekolah BM 400
Kedua, inovasi pembelajaran merupakan keniscayaan untuk mempertahankan eksistensi lembaga pendidikan. Hal ini telah dibuktikannya dengan membuat laboratorium Agama Islam, mini library, resensi buku untuk mengembangkan nalar dan praktek mengajar siswa di lingkungan sekitar.
Ketiga, Sutrisno Muslimin berkeyakinan bahwa lembaga pendidikan akan tetap survive bila memiliki program yang berkualitas, siswa yang terus tumbuh dan arus keuangan yang sehat. “Ketiganya merupakan modal untuk bisa eksis dan ekspansif,” tandasnya.
Kegiatan bedah dan peluncuran buku berlangsung dengan lancar, diakhiri dengan buka puasa bersama.