Artificial Intelligence di Sekolah Bakti Mulya 400

Jakarta – Kegiatan annual meeting sekolah Bakti Mulya (BM) 400 dilanjutkan pada hari kedua dengan topik yang sama dengan hari pertama, yaitu Artificial Intelligence (AI). Acara diadakan secara daring untuk seluruh guru, pimpinan, serta karyawan pada Selasa (19/12/2023).

Acara dibuka dengan sambutan dari Deputy Ketua Pelaksana Harian (KPH) Bakti Mulya (BM) 400, Euis Tresna menyampaikan bahwa dampak yang diharapkan dari pemanfaatan AI adalah guru dapat membuat pembelajaran yang lebih berkualitas sekaligus guru juga harus memiliki kebijakan dalam memanfaatkan AI.

“Guru sebagai pendidik harus mengembangkan hubungan interaktif dan interpersonal dengan siswa, memberikan tugas yang kreatif, mengedukasi siswa agar percaya pada proses dan bukan hasil akhir semata, tegaskan yang boleh dan tidak boleh seputar AI, serta menekankan integritas akademik,” jelas Euis Tresna.

Acara kemudian dilanjutkan dengan paparan dari Hana Triana, S.Pd, M.Ed. Beliau menyampaikan materi mengenai Why is The School Allowing Students to Use AI Tools?

Hana Triana menekankan, “Kurikulum Cambridge dan IB menyatakan persetujuan dalam penggunaan AI pada pembelajaran dan penelitian. Hal ini karena AI mendukung penelitian dan perencanaan proyek.”

Selain itu, teknologi dalam pembelajaran terbukti dapat meningkatkan motivasi dan siswa aktif belajar dengan mandiri. International Baccalaureate menyatakan bahwa high agency (motivasi yang tinggi dalam belajar) yang dimiliki siswa muncul saat menggunakan chatbot.

Hana Triana kemudian menunjukkan beberapa tutorial AI. Tutorial tersebut antara lain Bing.com untuk membuat gambar dari suatu deskripsi. School Aide untuk membuat lesson plan. Hingga Magic School untuk membuat umpan balik secara instan untuk siswa.

Hana Triana melanjutkan, “AI bukan krisis dalam pendidikan, tetapi AI menciptakan tantangan dan peluang yang signifikan. Kita hanya perlu mengajarkan etika penggunaan AI.”

Etika dalam penggunaan AI antara lain: Menggunakan AI tools sesuai dengan etika dan integritas akademik, menyertakan kredit di bagian teks dalam daftar pustaka, serta mengikuti arahan pada plagiarism-guidance dan integritas akademik untuk siswa.

Materi berikutnya pada annual meeting disampaikan oleh Nia Maulidhia Ibrahim, M.Pd. dengan topik Generative AI in Education: ChatGPT (AI-based chatbot).

Sesi workshop diawali dengan penggunaan mentimeter untuk melakukan survei terkait pengetahuan dan pendapat guru terkait penggunaan AI di sekolah. Setelah itu, ditayangkan pula video mengenai manfaat AI pada bidang penjualan serta programming.

Keuntungan menggunakan ChatGPT antara lain: fast response dalam memberikan jawaban, mampu menyaring permintaan negatif, mampu menggunakan bahasa yang natural, serta sensitif terhadap bahasa pemrograman.

Nia Maulidia menjelaskan, “Selain di bidang ekonomi, AI khususnya ChatGPT juga dapat digunakan dalam pendidikan. Keuntungan menggunakan ChatGPT dalam pendidikan antara lain memberikan saran pembelajaran yang dipersonalisasi.”

Jadi, guru dapat dengan mudah mendapatkan saran dalam penugasan untuk siswa yang memiliki gaya belajar berbeda. Mulai dari auditori, visual, hingga kinestetik. Selain itu, AI juga dapat memberikan umpan balik instan dari pekerjaan siswa. ChatGPT juga dapat meningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Akan tetapi, ChatGPT memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain memiliki pemahaman terbatas, belum mampu menggeser pekerja kreatif, jawaban tidak selalu tepat, belum mampu membedakan fakta dan opini, serta memerlukan jaringan internet stabil

Nia Maulidia juga memberikan tutorial bagaimana cara menggunakan chatGPT. Mulai dari mempersiapkan lesson plan, presentasi, hingga penugasan atau asesmen untuk siswa. Nia Maulidia juga menunjukkan cara memeriksa jawaban siswa, apakah ia menggunakan ChatGPT atau tidak. Dalam memeriksa jawaban siswa tersebut, guru dapat menggunakan zerogpt.

Nia Maulidia menekankan, “Secanggih apa pun teknologi, tidak akan bisa menggantikan peran manusia. Jadi teknologi yang berkembang harus berjalan berdampingan dengan kita.”

Acara dilanjutkan dengan paparan materi oleh Siti Yiyin Layyinah, S.Mat. Topik yang disampaikan adalah Unlock Your Learning Potential: Personalized, Engaging Education with AI.

Baca juga : Sekolah BM 400 Kuatkan Pembelajaran STEAM dan Artificial Intelligence

Sebelumnya, telah dibahas mengenai AI khususnya penggunaan ChatGPT. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa ada dua masalah dalam pendidikan: Apa yang kita ajarkan dan bagaimana kita mengajarkannya.

Siti Yiyin mengatakan, “Dari dua masalah tersebut, hal yang paling penting itu tergantung pada individu siswa.” Apabila siswa belum memahami materi, maka topik yang kita ajarkan yang penting. Akan tetapi, apabila perilaku siswa kurang termotivasi saat belajar, maka yang harus menjadi perhatian adalah bagaimana cara kita mengajarkan materi kepada siswa.

Di dalam pendidikan, AI dapat dimanfaatkan untuk pendaftaran, course-planning, membuat komentar maupun deskripsi dalam rapot siswa, school security, serta e-proctoring saat ujian.

Dalam perspektif siswa, AI yang dapat dimanfaatkan untuk belajar misalnya Third space learning dan AI-assisted simulations (VR/AR). Sementara itu, untuk guru, AI dapat dimanfaatkan untuk deteksi plagiarisme, kurasi materi pembelajaran, monitor kelas, automatic summative assessment, serta AI teaching assistant.

Pada akhir sesi Nia Maulidia dan Siti Yiyin, dilakukan asesmen berupa pembuatan presentasi yang memanfaatkan berbagai AI. Serta dilakukan kuis di Kahoot untuk membuat partisipan bersemangat.