SEKOLAH BM 400: KOLABORASI KUNCI PENDIDIKAN SEJATI

Sekolah Bakti Mulya 400 bekerjasama dengan Shinkenjuku menyelenggarakan webinar & parents talk: Menggalang Kolaborasi Menggapai Pendidikan Sejati Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka refleksi satu tahun pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah dilaksanakan di sekolah. Narasumber mengupas pentingnya kolaborasi guru dan orang tua untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Acara diawali dialog para praktisi pendidikan, yaitu orang tua dan guru dilanjutkan pembahasan oleh narasumber ahli parenting.

Kegiatan berlangsung Sabtu, 13/3/2021 pukul 13.00 – 15.00 WIB diikuti orang tua, guru TK atau SD dan pemerhati pendidikan, terutama yang peduli kepada home learning.

Dengan mengutip laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD), Euis Tresna, S.Pd. M.Si, Deputy KPH Sekolah Bakti Mulya 400. menyampaikan akan ada dampak penutupan sekolah karena pandemi. Dampak tersebut adalah kehilangan proses pembelajaran (loss of learning), yang berakibat kepada hilangnya keterampilan siswa. Dampak jangka panjangnya lima sampai sepuluh tahun ke depan pada aspek produktifitas pada mereka.

Untuk menghindarkan dampak tersebut, menurut Euis Tresna perlu kolaborasi antara sekolah dan orangtua agar pembelajaran tetap optimal sesuai kebutuhan perkembangan anak. “Sekolah BM 400 telah memiliki pengalaman cara melaksanakan PJJ kerjasama dengan orangtua.  Sebaiknya orangtua tidak menunda anak bersekolah terutama pada usia dini”, tandasnya.


Selanjutnnya Dewi Pusparini, S.Psi, M.Psi yang bertindak sebagai moderator mengatur jalannya acara menjadi dua bagian yaitu parents talk dan keynote speaker.

Pada sesi parents talk tampil sebagai pembicara Vera Lasut (Orang Tua TK Bakti Mulya 400), Yanka L. Andiko (Orang Tua SD Bakti Mulya 400) dan Fitriah Novi Damayanti, S.Psi (Guru TK Bakti Mulya 400).

Vera Lasut merupakan orang tua dengan tiga putera dimana dua puteranya sudah bersekolah di kelas 3 SD dan TKA.  Kendatipun pada awal saat PJJ ada kendala dalam mengatur belajar di rumah, apalagi untuk putranya yang berkecenderungan memiliki motorik aktif. Namun kendala demikian dapat diatasi dengan memahami kecenderungan belajar masing-masing anak.

Karena itu dibutuhkan komunikasi yang intensif dengan guru di sekolah. Selain itu lanjut Vera Lasut: “dengan PJJ ini lebih menciptakan kolaborasi kakak dan adik, artinya kakak dapat membimbing adik dalam belajar sehingga tercipta keakraban diantara mereka”.

Sementara itu menurut Yanka L Andiko dengan PJJ orang tua mengalami peran multitasking dalam kegiatan keseharian di rumah. Namun demikian, Ibu yang memiliki putra kelas 1 dan 2 SD ini, namun segi positifnya orang tua menjadi lebih mengenal akan potensi akademik masing-masing. Dengan PJJ yang cukup panjang ini dampaknya terasa pada hubungan sosial anak dengan teman sekelas. Untuk putranya kelas 1 dengan demikian belum pernah bertemu guru maupun teman sekelasnya. Sambung Yanka: “Untungnya guru kelas menyempatkan waktu lebih untuk berkomunikasi agar komunikasi bisa tetep terjalin dengan erat”.

Selanjutnya Fitriah Novi selaku guru TK menyampaikan pokok penyelenggraraan belajar kolaborasi guru dengan orang tua. Meskipun secara online namun upaya stimulasi kepada anak perlu dilakukan agar anak mengalami perkembangan sesuai tahapannya.

Baca juga : GURU KB/TK BM 400 IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN ANAK

Karena itu materi ajar, bahan ajar dan cara belajar disusun seperti yang dilaksanakan di sekolah.  Setiap bulan semua siswa mendapatkan learning kids yang dikirimkan ke rumah sesuai tema kegiatan belajar. Kegiatan belajar dipandu melalui platform yang memungkinkan guru bisa mengajar tatap muka virtual maupun memberi bahan ajar asynchronous.

Setiap pekan orang tua mendapatkan laporan weekly report yang berisi perkembangan siswa. Selain itu juga ada kunjungan guru kepada siswa bagi mereka yang memiliki kendala dalam pembelajaran online.

Selanjutnya tampil pada sesi keynote speaker adalah Dr. Rose Mini Agoes Salim seorang psikolog ternama dari Universitas Indonesia.  Rose Mini menyampaikan agar terjalin kolaborasi antara guru, orang tua maka diperlukan empat kunci.

Pertama, kenali kebutuhan anak dan kemampuan orangtua/pendidik. Kedua, kenali media belajar yang digunakan. Ketiga, lakukan koordinasi antara sekolah dan orangtua. Keempat, bekali orangtua, pendidik dan anak dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk pendidikan anak.