Sekolah BM 400 Seminarkan Literasi Bahasa Inggris dan Well-Being

Jakarta – Sekolah Bakti Mulya (BM) 400 bersama Synergy Education dan McGraw Hill Education menggelar seminar pendidikan dengan tema “Digital English Learning and Well-Being”. Acara diadakan di Auditorium Ki Hajar Dewantara SMP Bakti Mulya 400, Sabtu (21/10/2023). Peserta kegiatan ini adalah pimpinan sekolah, koordinator kurikulum & guru dari berbagai sekolah SPK (Satuan Pendidikan Kerjasama) dan Bilingual se-Jabodetabek.

Seminar tersebut relevan dengan upaya Sekolah Bakti Mulya 400 untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung literasi, khususnya literasi berbahasa Inggris. Selain itu, Sekolah Bakti Mulya 400 juga berusaha untuk memperhatikan well-being siswa maupun guru.

Seminar tersebut menghadirkan narasumber-narasumber yang kompeten di bidang pendidikan. Narasumber pertama adalah Hana Triana selaku wakil manager program internasional Sekolah Bakti Mulya 400. Narasumber kedua yaitu Alexander Nenes yang merupakan international educator dan sudah berpengalaman selama 25 tahun di bidang pendidikan. Narasumber ketiga yaitu Christine Hwang yang merupakan ELA/literacy curriculum consultant yang sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun di McGraw Hill.

Acara seminar diawali dengan mengumandangkan lagu wajib nasional Indonesia Raya. Seminar dilanjutkan dengan sambutan dari Iryanto Yossa, selaku manager program internasional Sekolah Bakti Mulya 400. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan kekhawatiran mengenai kurangnya literasi di Indonesia.

Beliau menekankan, “Dalam PISA Test, Indonesia selalu mendapatkan nilai yang rendah apabila dibandingkan dengan negara lain di Asia. Hal ini harus menjadi perhatian, agar pendidikan di Indonesia dapat mengatasi permasalahan tersebut.”

Selain itu, beliau juga menyampaikan betapa pentingnya well-being atau kesejahteraan siswa maupun guru di sekolah. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara akademik, kondisi fisik, maupun kondisi mental.

Seminar dilanjutkan dengan paparan dari narasumber Hana Triana mengenai advance practice for teacher literacy. Beliau menekankan, “Literasi merupakan sebuah skill atau kompetensi yang sangat penting, bukan hanya di sekolah, namun juga di dunia,”.

Oleh sebab itu, penting bagi pendidik untuk mendorong siswanya mengembangkan literasi. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan membimbing siswa dalam mencari, mengidentifikasi, dan menganalisis informasi. Selain itu, siswa juga dapat dibimbing untuk membentuk projek guna meningkatkan kemampuan literasi.

Narasumber kedua yaitu Alexandre Nenes menyampaikan paparan mengenai well-being atau kesejahteraan di bidang pendidikan. Beliau menyampaikan betapa pentingnya lingkungan yang positif. Lingkungan positif tersebut harus dibangun oleh siswa, guru, serta administrator sekolah.

Beliau menekankan, bahwa seorang siswa menghabiskan lebih banyak waktunya di sekolah, dibandingkan bersama keluarga. Berada di sekolah selama kurang lebih delapan jam, mulai dari pukul tujuh pagi hingga tiga sore, siswa pun lebih banyak mendengarkan maupun berbicara dengan guru, alih-alih dengan orang tua mereka. Oleh sebab itu, lingkungan sekolah sangatlah penting bagi perkembangan siswa.

Guna mewujudkan budaya sekolah yang positif, dapat dilakukan upaya yaitu menerapkan sense of belonging, support programs, mentoring, inclusivity, dan social-emotional learning. Beliau juga mengemukakan mengenai praktik baik yang dapat meningkatkan kesejahteraan, yaitu dengan digital detox, work life balance, dan self care.

Baca juga : GEBYAR HUT KE 40 BM 400: BERBAKTI UNTUK PERSADA INDONESIA

Selain itu, Alexandre Nenes juga menekankan, “Positive thoughts are so powerful!”. Ketika kita memikirkan hal yang kita cintai, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih kuat.

Narasumber ketiga yaitu Christine Hwang menyampaikan paparan mengenai Deepening Literacy Learning Through Close Reading Routine. Christine Hwang mengajak partisipan untuk berdiskusi mengenai deeper learning.

Salah satu partisipan mengemukakan, “Deeper learning adalah ketika seseorang dapat mengingat, memahami, serta mengaplikasikan pengetahuannya.”

Christine mengatakan, “Understanding is the key to go deeper.” dan untuk memahami, seseorang perlu untuk membaca dan membaca kembali. Pembelajaran merupakan proses, sehingga tidak bisa dilakukan hanya dalam satu waktu.

Beliau juga berkata, “Reading doesn’t grow in an environment where reading rarely occurs.” Oleh sebab itu, sekolah harus terus menjadi lingkungan yang mendukung siswanya untuk membaca dan mengembangkan literasi.

Acara seminar ini disambut baik oleh para peserta, sesi tanya jawab pun berlangsung interaktif dan kondusif. Kegiatan ini ditutup dengan acara foto bersama dan pemberian cindera mata kepada narasumber. Selain itu, diadakan juga lucky-draw untuk membagikan cindera mata untuk beberapa partisipan yang beruntung.