HUT ke-42 BM 400: Jamil Azzaini Ajak Scale Up dengan “AJAIB”

Jakarta — Suasana Auditorium Sekolah Bakti Mulya 400 pada peringatan hari jadi ke-42 tampak berbeda. Riuh tepuk tangan para guru, karyawan, dan undangan pecah ketika Jamil Azzaini—motivator yang dikenal sebagai inspiring speaker—naik ke panggung. Dengan gaya tutur yang renyah dan penuh energi, ia mengajak seluruh civitas BM 400 untuk “scale up”, naik kelas dalam mengelola potensi diri dan kontribusi sosial (Selasa, 30/9/2025).

“Ada lima level dalam memanfaatkan potensi diri manusia,” ujarnya membuka. Materi itu, ia sebut sebagai jalan menuju kualitas hidup yang lebih tinggi.

Lima Level Potensi Diri

Pertama, level obscurity. Pada tahap ini, seseorang hidup tanpa arah, tanpa tahu kelebihan dirinya. Jamil mengutip Buya Hamka: “Kalau hidup sekadar hidup, kera di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kerbau juga bekerja.” Sebuah pengingat tajam bahwa hidup tak boleh sekadar rutinitas tanpa makna.

Kedua, level personality. Seseorang mulai mengenali kelebihan dan kekurangannya. Kesadaran ini adalah fondasi untuk bertumbuh.

Ketiga, level mentality. Potensi yang dimiliki dioptimalkan hingga menjelma menjadi keahlian. Pada titik ini, seseorang bukan sekadar tahu dirinya bisa, tapi benar-benar menjadi ahli dalam bidang tertentu.

Keempat, level morality. Fase ketika individu tak lagi sibuk dengan dirinya sendiri. Ia memikirkan kemajuan bersama, membangun rasa “kita”, dan menumbuhkan kepedulian sosial.

Kelima, puncak dari semua level: level spirituality. Pada tahap ini, apapun yang dilakukan semata-mata untuk Allah, tanpa haus pujian atau pengakuan manusia.

Rumus AJAIB

Namun, bagaimana cara naik kelas—terutama dari morality menuju spirituality? Jamil memperkenalkan sebuah formula yang ia sebut “AJAIB”, sebuah akronim yang sarat nilai hidup.

Pertama, Ampuni yang Menyakiti.
“Maaf bukan berarti membenarkan kesalahan,” kata Jamil, “tetapi membebaskan diri dari jeratan luka.” Menurutnya, ada lima penyebab penderitaan: menyesali masa lalu, mengkhawatirkan masa depan, tidak menerima kondisi saat ini, menggantungkan kebahagiaan pada omongan orang lain, dan enggan memaafkan kesalahan orang lain.

Kedua, Jadikan Syukur terhadap Segala Sesuatu.
Jamil menekankan bahwa hanya dua emosi yang seharusnya dipelihara: cinta dan syukur. Bahkan, ia menegaskan profesi guru pun harus dijalani dengan cinta. Ia juga mengingatkan tiga C yang wajib dimiliki setiap insan: competence (kompetensi), reputation (nama baik), dan relation (hubungan harmonis).

Ketiga, Amalkan Kebaikan Selalu.
Tak ada kebaikan yang terlalu kecil. Setiap langkah sederhana—menolong, atau berbagi ilmu—membuka jalan bagi kebaikan yang lebih besar. “Jurnal semua kebaikanmu,” ucapnya, “agar jiwamu semakin kokoh.”

Keempat, Injeksikan Kebahagiaan.
“Amalan yang dicintai Allah adalah yang membangkitkan kebahagiaan,” jelasnya. Ia mengajak hadirin untuk menyebarkan senyum, membantu sesama, dan mengubah masalah menjadi solusi. Dari passion, setiap orang bisa melahirkan kontribusi yang bermakna.

Kelima, Berserah Total kepada Allah.
Di sinilah letak keajaiban. Ketika seseorang berserah, ia tak hanya mengandalkan energi insaniah, tetapi juga energi ilahiah. Jamil mencontohkan kisah Nabi Musa yang dengan izin Allah mampu membelah Laut Merah.

Pesan untuk BM 400

Ceramah motivasi Jamil Azzaini bukan sekadar retorika. Ia meresap ke dalam atmosfer HUT BM 400 yang tahun ini mengusung semangat pembaruan. Selama 42 tahun, sekolah ini berdiri sebagai lembaga pendidikan yang memadukan nilai nasionalisme, religiusitas, dan keterbukaan terhadap dunia.

Baca juga : Di Depan Civitas BM 400, Said Didu Ingatkan Integritas, Kapasitas, dan Keberanian

Dalam konteks pendidikan, rumus “AJAIB” bisa menjadi pedoman guru dan siswa. Mengajarkan anak untuk memaafkan, bersyukur, berbuat baik, menebar kebahagiaan, dan berserah diri. Nilai-nilai itu sejalan dengan visi BM 400 yang tak hanya mendidik untuk pintar, tapi juga berkarakter dan beriman.

Peringatan HUT bukan hanya seremonial. Jamil menutup dengan ajakan reflektif: “Kalau kita ingin naik kelas, jangan berhenti di moralitas. Dorong diri kita untuk sampai ke spiritualitas. Di sanalah letak ketenangan hidup yang sesungguhnya.”

Dengan pesan itu, perayaan 42 tahun BM 400 menjadi bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan momentum untuk menatap masa depan. Sebuah perjalanan panjang yang kini ditopang oleh semangat scale up dengan rumus “AJAIB”—ampuni, syukur, amalkan, injeksikan, dan berserah.