Pedagogi dan Spiritualitas Pilar Profesionalisme Guru Sekolah BM 400

Jakarta – Sekolah Bakti Mulya (BM) 400 mengadakan rapat kerja dengan tema  Mengintegrasikan Kompetensi Pedagogi dan Spiritualitas dalam Profesionalisme Guru. Rapat kerja dikuti semua guru KB-TK, SD, SMP dan SMA dilaksanakan mulai Senin (1/7/2024) sampai Kamis (4/7/2024).

Pada hari keempat tersebut dilaksanakan seminar di Auditorium Ki Hajar Dewantara SMP BM 400 dengan menampilkan empat narasumber yaitu Prof. Komaruddin Hidayat, Drs. Rocky Gerung, Sri Nurhidayah, S.E. M.Psi., serta Suharto, S.Ag., M.Pd. Seminar dihadiri oleh guru dari seluruh unit, pimpinan dan pengurus Yayasan BM 400.

Ketua Pelaksana Harian Yayasan BM 400, Dr. Sutrisno Muslimin membuka acara dengan penuh semangat sekaligus memperkenalkan seluruh pembicara yang telah hadir pada acara tersebut.

Sutrisno Muslimin menyampaikan perlunya para guru untuk terus belajar dari tokoh-tokoh hebat agar bisa terus berkembang menjadi guru yang berkontribusi besar kepada sekolah. “Kalau Anda ingin menjadi guru yang hebat tetaplah berada di Bakti Mulya 400,” tandasnya.

Selanjutnya tampil pembicara pertertama yaitu Prof. Komaruddin Hidayat yang mengapresiasi kegiatan rapat kerja sekolah BM 400 dengan mengungkapkan, “Saya senang dapat hadir di sini bersama guru-guru, karena bicara dengan guru sama dengan bicara bersama satu generasi.”

Prof. Komaruddin menyampaikan jenjang kejiwaan yang dimiliki manusia, yaitu nabati, hewani, insani, dan rohani. Saat manusia masih muda, kejiwaan nabati ditunjukkan dengan pertumbuhan fisiknya. Kejiwaan hewani ditunjukkan dengan diandalkannya indra oleh manusia, serta kebiasaan untuk avoiding pain and looking for pleasure. Kejiwaan insani pada manusia terkait pada intelektual, seni, dan moral. Sementara itu, ruhani ditunjukkan dengan adanya keimanan.

Prof. Komaruddin menjelaskan, “Manusia dibuat sebaik-baiknya, kemudian dijatuhkan ke tempat serendah-rendahnya. Tapi bisa kembali baik dengan keimanannya.”

Acara dilanjutkan tampil pembicara kedua yaitu Rocky Gerung menekankan pentingnya menggunakan pikiran dalam proses belajar. Hal tersebut sekaligus mengingatkan agar guru mampu membuat kurikulumnya sendiri. “Ada dua kategori pedagogi, yaitu teknis dan diskresi. Teknisnya berupa kurikulum baku, sementara diskresi adalah hak istimewa guru untuk berkreasi untuk kepentingan siswanya,” ujar Rocky.

Oleh sebab itu, Rocky Gerung mendukung agar guru sekolah BM 400 melatih siswa untuk mampu berbicara tentang pemikiran mereka, sekalipun pemikirannya radikal. Namun Rocky Gerung juga mengingatkan agar para guru menyeimbangkan kemampuan siswa antara reason, passsion dan qolbu.

Pembicara ketiga adalah Sri Nurhidayah, S.E. M.Psi. yang memulai paparannya dengan mengajak seluruh guru mengukur tingkat kecerdasan spiritual masing-masing. Sri Nurhidayah menjelaskan, “Kecerdasan spiritual tersebut terdiri atas beberapa aspek yaitu kemampuan berpikir kritis, kemampuan menemukan dan menciptakan makna, transcendental awareness (TA), kemampuan menghubungkan makna dan  ruh esensial di belakang ajaran agama.”

Selain itu, Sri Nurhidayah juga membagikan cerita tentang spiritualitas Abdurahman Wahid (Gusdur). Gusdur, mantan presiden Indonesia tersebut telah memperjuangkan yang lemah dengan  caranya sendiri, mau menerima risiko, memiliki integritas, konsisten,  anti mementingkan dirinya sendiri,  menerabas batas golongan suku dan agama. Sri Nurhidayah pun menyampaikan kisah Imam Syafi’i-Ar Rabi’ bin Sulaiman, Syaikh Sudais, Bu Latifah dan Amma Mulia.

Baca juga : IDUL KURBAN SEKOLAH BM 400 DI DAERAH TERPENCIL

Sri Nurhidayah menutup paparannya dengan berkata, “Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya. Namun hadirkanlah gambaran bahwa satu di antara mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga.”

Materi terakhir disampaikan oleh Suharto, S.Ag., M.Pd., guru MTs Negeri 5 Jakarta yang tetap teguh mengajar meskipun menderita Guillain Barre Syndrome. Suharto akrab disapa Cing Ato membuka paparannya dengan sebuah kutipan dari Helmi Yahya, “Karakter yang baik terkadang menjadi penentu kesuksesan melebihi skill yang dimiliki.”.

Suharto juga menyampaikan beberapa kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Selain itu, guru juga harus mementingkan moral untuk menunjang kinerjanya. Selanjutnya Suharto juga mengajak guru untuk meningkatkan literasi dengan cara membaca, menulis, serta memanfaatkan teknologi.

Rapat kerja berjalan dengan sukses dan penuh semangat. Para peserta dan pembicara sangat antusias dalam setiap sesi tanya jawab. Dengan diadakannya rapat kerja yang dihadiri oleh tokoh-tokoh inspiratif ini, diharapkan para guru terdorong menjadi guru profesional di sekolah Bakti Mulya 400.

404: Not Found