SEKOLAH BM 400 BEKALI NILAI UNIVERSAL DAN SPRITITUAL ISLAM

Semua peristiwa yang hadir pada kehidupan kita merupakan sarana untuk berlatih cara merespon dengan benar. Mereka yang menggunakan ego akan merespon dengan menyalahkan orang lain. Mereka yang menggunakan akal akan introspeksi. Mereka yang menggunakan qolbu akan membaca untuk mengambil hikmahnya.

JAKARTA — Mengawali pembelajaran tahun 2023, Sekolah Bakti Mulya 400 (BM 400) menggelar Training dan Coaching untuk Guru bertema Mengenal Dimensi Universal dan Spiritual Islam.

Kegiatan tersebut berlangsung dua hari pada Rabu (4/1) dengan peserta guru TK, SMP dan SMA. Selanjutnya hari Kamis (5/1) diikuti oleh seluruh guru SD.

Pada kesempatan tersebut hadir Dewan Pengurus Yayasan Bakti Mulya 400 yaitu Baskara Sukarya (wakil ketua pengurus), Asep Syarifudin Hidayat (anggota pengurus) dan Wahuni Kamila (anggota pengurus).

Dalam sambutannya, Baskara Sukarya menyampaikan bahwa pendidikan merupakan kunci majunya peradaban, karena itu lembaga pendidikan dituntut menjadi ajang literasi sejalan perkembangan global dan sesuai kemajuan teknologi.

Baskara Sukarya  menghimbau: “Agar guru berperan dalam kehidupan yang dinamis, karena itu guru perlu mengupgrade diri melalui seminar dan pelatihan sehingga sekolah menjadi institusi par excellence atau institusi unggul melebihi yang lain”.

Sementara itu pada sesi pertama dengan tema “Islam Jalan Hidupku,” Pardamean Harahap, M, Phil. memberikan kajian tentang kesejatian diri, makna agama, makna shalat dan tingkatan jiwa.

Dalam hal kesejatian diri, Bang Dame, panggilan akrab Pardemangan Harahap, menguraikan hahwa manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang memiliki unsur tiga unsur yatu body (indra: mata telinga, hidung, lidah, tangan, kulit), mind/soul (indera batin: rasio, memori, imajinasi, sentimen, kehendak) dan spirit/ divine awarness (al hayyu, nafas kehidupan, qolbu, hening).

Selanjutnya, makna agama menurut Bang Dame adalah jalan damai bersama Tuhan. Karena itu orang yang mempraktekkan laku damai menghindarkan perdebatan tentang berbedaan dogma agama.

Lebih lanjut Bang Dame menekankan pentingnya sholat dengan menghayati fungsinya. Diantara fungsi sholat merupakan penolong, mencegah kemungkaran, bentuk humility, humble, penyerahan diri dari sang hamba kepada sang Kholiq. Sholat merupakan bentuk meditasi bagi seorang muslim.

Pardamean Harahap mengingatkan dalam mencapai tingkatan spiritual maka diperlukan olah jiwa.

“Semua peristiwa yang hadir pada kehidupan kita merupakan sarana untuk berlatih cara merespon dengan benar. Mereka yang menggunakan ego akan merespon dengan menyalahkan, khawatir, menggerutu, takut dan panik. Mereka yang menggunakan akal akan introspeksi, evaluasi diri lalu mencari penyebabnya. Mereka yang menggunakan qolbu akan hening, berdiam untuk mengambil hikmahnya,” papar Pardamean Harahap.

Baca juga : AWALI TAHUN 2023, SEKOLAH BM 400 LAKUKAN SERVICE EXCELLENCE TRAINING

Selanjutnya pada sesi kedua, Yusuf Daud, M.Ud., Ph.Dmelanjutkan kajian dengan materidengan judulTwenty Jewels of Holistic Timeless Learning from The Man of God – Muhammad SAW. Yusuf Daud menguraikan bahwaRasulullah sejatinya seorang guru atau pendidik sejati, sehingga Rasulullah SAW juga dikenal sebagai The Walking Qur’an.

Karena itu Yusuf Daud menyampaikan metode pembelajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Adapun metode pembelajaran yang dilakukan nabi diantaranya adalah sebagai  berikut. Pertama, applied learning method. Jika ingin mengajarkan anak didik untuk sholat, jangan hanya diajarkan hafalannya saja. Ajarkan praktiknya di masjid. Kedua, scanning dan levelling. Kita melakukan scan terhadap potensi anak didik. Jangan memaksakan suatu diluar kapasitas anak didik. Anak didik juga ada tingkatannya. Bukan untuk dibanding-bandingkan, tapi untuk diselaraskan sesuai dengan minat dan bakatnya.

Ketiga, analogy dan case study artinya berikan pembelajaran dengan membuat perbandingan dan contoh yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari agar anak lebih mudah memahami. Keempat, teaching and motivating, yaitu membimbing anak-anak untuk menemukan jawabannya, jadi jangan langsung dijawab oleh guru. Hal ini untuk membuat anak-anak percaya diri dalam belajar. Bimbing anak untuk memiiki pilihan dalam hidupnya, dan harus bertanggungjawab atas pilihannya.

Kelima, reflective, refleksi diri, yaitu siswa ditanya kembali tentang apa yang didapatkan pada saat pembelajaran. Selanjutnya guru meminta siswa untuk merenungkan dan melakukan tindak lanjut atas materi pembelajaran tersebut.